Sebagai dasar pembicaraan Hakikat cinta dan benci karena Allah. adalah firman Allah itu sendiri dan sabda Nabi Muhammad Saw. Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Mujadalah ayat 22 yang artinya sbb. : "Tiada engkau dapati sesuatu kaum yang beriman akan Allah dan hari kesudahan. mau berkasih-kasihan dengan orang-orang yang memusuhi (menentangi) Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang yang memusuhi itu orang-orang tuanya. anak-anaknya, saudara-saudaranya, keluarganya. Orang-orang yang beriman itu, telah dimaterikan iman dalam jiwa raganya dan telah dikokohkan pula dengan kekuatan Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya kekal mereka di dalamnya. Allah beridlai mereka, merekapun meridlai Allah. Merekalah jama'ah Allah. Ketahuilah bahwa jama'ah itulah yang mendapat kemenangan"
Sabda Nabi Muhammad saw.
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari menyatakan bahwa tujuh orang yang mendapat naungan dari Allah pada hari di mana tidak ada seseorangpun (mahluk) dapat memberikan naungan, kecuali naungan-Nya sendiri. Tepatnya sepertlberikut:
"Tujuh orang dlnaungl Allah dalam naungan-Nya di hari tak ada lagi naungan selain dari naungan Allah sendiri.
- Kepala negara yang adil.
- Pemuda yang besar dalam beribadat kepada Allah.
- Orang yang berpautan jiwanya dengan mesjid-mesjid.
- Orang yang berkasih-kasihan karena Allah berkumpul karena Allah dan berceraipun karena-Nya.
- Orang yang diajak perempuan yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, lalu menampik, dengan jawaban : saya takut akan Allah.
- Orang yang bersedekah dengan sesuatu sedekah (memberikan sesuatu pertolongan harta benda kepada fakir miskin) dengan menyembunyikan, sehingga tangan kiri tidak tahu apa yang dikeluarkan oleh tangan kanan.
- Orang yang menyebut Allah dalam khalwat, lalu mencucurkan airmata". (H.R. Bukhari).
Sedangkan Perowi Ahmad dengan konteks direk meriwayatkan
"Manusia itu, menurut agama sahabatnya. Maka, lihatlah siapa yang Ia sahabati". (H.R. Ahmad).
Dan Abu Daud pun meriwayatkan pula tentang sabda Nabi yang berbunyi "Barang siapa cinta karena Allah dan benci karena-Nya, memberi karena Allah dan menahan karena-Nya, adalah orang itu memperoleh "kesempurnaan iman". (H.R. Abu Daud).
Dari Abu Daud lagi mengemukakan sabda Nabl saw, yang artinya
"Bahwasanya diantara hamba-hamba Allah ada manusia yang bukan Nabi, bukan syahid, tetapi sangat bagus kedudukannya disisi Allah. Para sahabat bertanya : "Siapakah gerangan orang itu, ya Rasulullah ?" Nabi Menjawab : "ltulah orang-orang yang berkasih-kasihan dengan karena Allah semata-mata, bukan karena dasar kekeluargaan yang bukan pula karena harta. Demi Allah, muka mereka bersinar, tiada merasal ketakutan di kala manusia dalam sangat ketakutan. Sesudah itu Nabi membaca Ayat : Ala lnna aulla allahi lakhaufun 'alalhim wa la hum yahzanun (Ketahuilah bahwa wali-wali penolong-penolong Allah itu tiada dikhawatirkan apa-apa terhadapnya dan mereka tiada bergundah hati". (H.R. Abu Daud).
Sehubungan dengan hal tersebut Al-Baihaki menuturkan :
"Hal Abu Dzar, manakah, simpulan lman yang sangat kokoh ? Kata Abu Dzar : Allah dan Rasul-Nya yang leblh mengetahui. Kata Nabi Saw : "Berkasih-kasihan karena Allah, cinta karena Allah dan benci karena Allah". (H.R. Al-Balhaqy)
Pengertian selanjutnya penulis akan membaca memberikan batasan terhad apa-apa yang dimaksud dengan "Hakikat Cinta dan benci karena Allah". Mencintai dan membenci karena Allah, ialah, kita mencintai seseorang, lantaran orang itu melaksanakan segala kewajlban Agama, dan membenci seseorang lantaran orang itu tidak memenuhi kewajibannya terhadap Allah dan Rasul". Hakikat Cinta dan benci karena Allah, sendi akhlaq Islam dan sendi hidup bahagia, di masa hal yang tersebut ini masih diperaktekkan dengan seksama oleh kaum muslimin. Di masapertama, kaum muslilmin mencintai seseorang karena Allah dan pada Allah. Mereka memberi pertolongan kepada orang yang dicintai itu, agar bertambah-tambahlah ta’atnya. Mereka membenci seseorang karena Allah dan pada Allah, agar kebenciannya menjadi sepenting-penting sebab insaf dan sadar orang yang dibencikan itu, dan menyebabkan kembali kepada keutamaan serta kelurusan.
Lantaran inilah mereka berani mengobah atau menghancurkan kemungkaran. "Mereka benar-benar dengan kemauan dan perbuatan memenuhi maksud hadits : "Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah dirobahkannya dengan tenaganya, jika tldak sanggup merobahkan dengan tenaganya, ia usahakan merobahkan, dengan lidahnya. Jika dengan lidah juga tak sanggup, iapun merobahkan dengan hatinya : yang demikian ini selemah-lemah lman”. (Bukhari Muslim). Dimaksud dengan merobahkan dengan hati, atau "Ingkar dengan hati", memutuskan perhubungan dengan orang yang berbuat mungkar dan mengurungkan orang yang berbuat mungkar itu dalam daerah yang sempit yang memungkinkan timbul keinsafan dan memalingkannya dari kesalahan kepada. kebajikan.Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 55 dan 56, yang artinya "Hanyasanya penolongmu, Ialah Allah, Rasul-Nya dan segala mereka yang beriman yang mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, dan mereka melakukan ruku". Barang siapa mengangkat Allah, Rasul dan segala orang mukmin menjadi penolongnya masuklah dia kedalam jama'ah Allah yang memperoleh kemenangan".
Sedangkan Nabi saw. pernah bersabda:
"Syirik ltu lebih halus dari suara perjalanan semut atas batu licin di malam yang hitam pekat. Maka serendah-rendah syirik itu, ialah mencintal seseorang karena kecurangannya dan membencikan seseorang karena kejujurannya atau keadilannya."Bukankah Agama itu, sebenar-nya cinta dan benci?". (H.R.Al Hakim).
Cara dan rahasia (hikmah). Bagaimana cara benci karena Allah dan bagaimana pula rahasia atau hikmah yang terkandung dalam budi cinta dan benci karena-Nya? Apablla kita mencintai seseorang karena Allah, tentulah kita dengan otomatis, membencinya karena Allah pula. Dua hal ini, menurut adat, selalu berpautan. Satu hal yang perlu dikupas Ialah : yang mengenal orang yang bercampur-baur ta’atnya dengan maksiyat. Betapakah sikap dan tindakan kita terhadap orang yang demikian? Kita membencinya atau kita mencintainya? Apabila klta menghadapi kawan yang demikian, tentulah kita harus meninjau memandangnya dari beberapa sudut. Hendaklah kita tantangi sifatnya yang buruk dengan benci dan kita hadapi sifatnya yang baik dengan cara yang berpadanan. Karena itu, hendaklah orang yang demikian itu, kita gauli dengan sikap yang sangat sederhana. Jangan diperlihatkan benar bahwa kita mencintainya dan jangan diperlihatkan benar bahwa kita membencikannya. Hadapilah dia dengan slkap dingin, hambar, jangan diperlihatkan sikap pro kepadanya.
Tegasnya, kita bersikap antara pro dengan contra. Maka janganlah kita memuliakannya sebagai kita memuliakan orang yang kita cintai karena Allah dan jangan kita menghinakannya sebagai kita menghinakan orang yang kita benci karena Allah. Al-hasil melaksanakan benci kita karena Allah terhadap seseorang, ialah: dengan jalan tak suka kita bercakap banyak-banyak dengan dia. Kita hanya bercakap seperlunya saja. Sesekali kita perlihatkan sikap tidak mengacuhkannya. Dan sesekali kita mengeluarkan perkataan-perkataan yang keras. Maksudnya yang buruk kita halangi tercapainya. Akan tetapi, hendaklah masing-masing klta menimbang dengan sematang-matangnya, mana sikap yang lebih baik dan berpadanan dengan diri seseorang, dengan tidak boleh melupai kehalusan budi dan sifat lemah-lembut yang menarik, yang mungkin membawa kepada keinsafan dan kesadaran. Kemudian harus diinsafi bahwa diantara sifat-sifat yang buruk, ialah memburuk-burukkan orang yang berbuat salah bukan karena kesalahannya, hanya karena dia tidak mendatangkan keuntungan kepada kita, dan memuja orang yang berbuat baik, bukan karena kebaikannya, hanya karena dia menguntungkan kita.
Budi yang luhur ini, bila dipraktekkan dengan sebaik-baiknya oleh para ummat hilanglah penyakit ta'ashshub : musnahlah penyakit 'ashabiyah yang berlebih-lebihan. Jika benci dan cinta hanya karena Allah tentulah kita hanya berdiri di pihak kebenaran, tentulah kita tetap senantiasa memusuhi kebatilan. Dengan budi mulia ini, hilang rasa berpihak kepada golongan. Kerap kali kita lihat dan kita alami manusia itu digerakkan oleh rasa kepartaian atau golongan lebih hebat dan dahsyat dari di gerakkan oleh kebenaran. Pribadi yang hanya mencintai sesuatu karena Allah, (karena benar) dan membencikan sesuatu karena Allah (karena berlawanan dengan keridhoan Allah), senantiasa melihatjauh ke muka; senantiasa memanjangkan fikiran di kala perlu mengambil sesuatu tindakan. Pribadi ini, selalu mencari keridloan Tuhan, senantiasa membutuhi hidayat Ilahi.
Selama manusia tidak mengutamakan keridloan Allah atas kepentingan diri dan golongannya, selama itulah manusla tak dapat mewujudkan budi "Hakikat Cinta dan benci karena Allah", sebagai yang dikehendaki Tuhan semesta alam. Menurut kenyataan yang terang dan nyata, para ummat masa kini, dipengaruhi benar oleh kebendaan, baik mereka dengan tegas-tegas masuk golongan yang memperjuangkan benda dan bertuhankan kebendaan, bahkan kekuasaan.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung di blog Rojay Creative.. Silahkan Tinggalkan Komentar..