Sudah barang tentu agama merupakan sebuah pemeberdayaan ummat atau tuntunan dan pedoman bagi penganutnya, dan sudah pasti juga semua agama mengajarkan kebenaran, dalam konteks ini adalah masalah sosial pada umumnya, saya tidak berbicara Aqidah yang mungkin pembaca kurang begitu berkenan jika ada sebuah perbandingan yang dasar tentang aqidah karena nanti akan berujung pada sebuah kacamata ketidak samaan, atau sudut pandang perbedaan, selanjutnya saya akan menulis sebuah kerangka moral dan sosial saja yang sudah sewajarnya seseorang harus berbuat baik kepada sesama, saling menjaga, menghormati, dan saling memuliakan, karena kita semua makhluk salah dan benar bukan ukuran akan tetapi keterlibatan kita sebagai sosok makhluk sosial yang berhubungan dengan manusia lain. sedikit saya ambil kesimpulan yakni bercerita tentang beberapa kelompok yang mengatasnamakan agama namun akhirnya membawa kacau bahkan melemahkan agama itu sendiri dalam artikel ini yang berjudul Standar Kebenaran Menurut Agama Tapi Kok Jadi Ga Karuan.
Dewasa ini sering terjadi banyak kekeliruan menurut saya dalam menjalankan tingkah sosial apalagi mereka mengatas namakan agama, atau agama yang dijadikan tolak ukur sebagai landasan sosial, yang jelas-jelas agama tak salah dan agama tak bisa diasalahkan tergantung pada kita dimana dalam mengamalkannya dalam kehidupan, mengimplementasikan teori agama dan mengakselerasikan dengan sosial itu sendiri hingga terjadi sebuah hakikat cinta antar sesama manusia. kembali pada konteks Standar Kebenaran Menurut Agama Tapi Kok Jadi Ga Karuan, kenapa demikian, berbagai polemik dimasyarakat bisa dibilang sangat primitif mereka yang mengaku agamawan akan tetapi kurang mencontohkan. Terjadi diberbagai tempat, wilayah, bahkan negara sekalipun dan mentahnya masyarakat tidak bisa membedakan mana agama dan mana yang bukan (oknum). Hal ini menimbulkan sebuah penceraan pada segi kepercayaan tokoh agama bahkan akan berefek pada penilaian agama itu sendiri, contohnya masyarakat barat orientalis yang menganggap islam itu agama yang fundamentalis, baca disini Fundamentalime.
Menghindari sebuah pertikaian sebenarnya bisa dikatakan mudah dan bisa juga dikatakan sulit, namun ketika pertikaian tersebut datang dari sebuah kelompok atas nama agama bahkan pertikaian itu terjadi dalam sesama agama, dan ironisnya hal itu dilakukan oleh seseorang yang dianggap pemuka agama, ini yang repot, karena pada prinshipnya adalah menyerukan kebaikan namun kedua-duanya menganggap paling benar dan paling baik sehingga menimbulkan dampak yang negatif di penilaian ada masyarakat, terlebih dilakukan oleh seseorang yang mengklain dirinya tokoh atau mentokohkan diri, karena berdasarkan banyak pengikutnya. Jika demikian ummat akan dibawa kemana, dan Ingat wahai orang yang mengaku pemimpin, yang mengaku dirinya ahli Haq, Masyarakat itu menyaksikan dan kebenaran itu hanya milik Tuhan.
Semua orang berhak untuk mentafsir kaidah agama, seperti dalam kitab-kitabnya, akan tetapi kemapanan ilmu dalam mentafsir itu juga perlu, seumpama dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kebatilan, arti amar ma'ruf itu secara garis besar yang diimplementasikan pemuka agama kebanyakan sama. perbedaannya pada penafsiran karena mereka memiliki standar masing-masing dalam mempraktekkannya. contohnya adalah menyerukan penduduk untuk solat jamaah dimasjid, dan yang lainnya (tokoh agama) sama demikian, tetapi lantaran ketidak sukaan, dan ketidak samaan dalam mempraktekkan amalan sholat dimasjid itu kadang itu juga menjadi pedebatan hingga jamaahnya bingung mau manut yang mana. Bahkan yang ada yang lebih ngeri yakni ada justifikasi pada kelompok tertentu seperti dianggap sesat baca disini (Bid'ah adalah kalimat sensitif). Hal itu terjadi lantaran pemahaman yang berbeda dan kaku dalam pemahan serta pengamalannya. selanjutnya tentang mencegah kemungkaran, kadang ada juga pemuka dan kelompok agama seolah-olah membuat kemungkaran yang baru. dan al-hasil masyarakat tidak setuju dan terjadi bentrok. Ironisnya bentrok itu berceritakan antara agama dan masyarkat, Ini aneh menurut saya, "Jadi Agama sebenarnya yang mana" masyarakat juga beragama kok!!
Kita adalah umat yang beragama (Memiliki agama) percaya agama, mengenai pendalaman, pengamalan secara syariat mungkin belum begitu maksimal, namuan secara KTP adalah sudah jelas kita itu beragama, dan percaya Tuhan, Neraka, Surga dan seterusnya, datanglah sekelompok orang untuk mengingatkan agar lebih mengenal agama dan bukan hanya dalam KTP belaka, akan tetapi lebih pada konteks tersebut dan inilah yang disebut tokoh agama yang menjadi panutan, Terkadang kerancuan itu berawal dari sebuah pemikiran dan sempitnya sudut pandang, hingga menimbulkan negatif dalam penyampaiannya pada masyarakat. Saya berfikir bahwa agama bukan senjata, bukan pistol, bukan golok bukan juga Nuklir yang terkadang ada orang yang menghukumi seseorang dengan menggunakan bahasa Kafir, atau dikit-dikit keluar dalil, dan jika diberikan dalil lagi dia bertanya itu dalil shohih apa bukan, Seolah-olah dia punya dalil adalah sebuah perangkat perang yang siap memerangi, padahal implementasi dari dalil itu mungkin tidak demikian maksud dan artinya secara kontekstual, dan mereka biasanya memahami dengan dangkal dan tekstual.
Dunia semakin sulit mencari sosok yang bisa dijadikan panutan, figur, tokoh yang dijadikan pedoman, karena ketika mulai sami'na kepada tokoh agama disisilain tokoh itu dicela, uniknya juga ada sekelompok orang yang sudah memiliki surga, seolah-olah dia ahli Haq dan tiket surga sudah ditangannya, saya tidak mengdiskriditsi seseoang atau kelompok akan tetapi berfikir waras dalam konteks ini, lantaran kegelisahan ini semakin meningkat sehingga kita sangat mudah disusupi dan dijajah, bahkan ditumpangi, Intinya kita akan dihancurkan. Ketika kita bertikai mereka akan puas dan tertawa, mereka akan menonton dan mensupport satu sama lain seolah-olah datang membawa perdamaian, padalah dengan niat lain. Dan kita gampang diadu domba.
Saya butuh cinta yang penuh dengan ketengan, penuh kemandirian, penuh keindahan, kesahajaan, kedamaian dan saat ini mungkin sedikit demi sedikit sudah tergerogoti oleh orang-orang yang memang sudah mempersiapkan, membuat kita lalai, tak sadar, tak tenang dan selalu menganggap musuh orang lain yang tak sepemahaman, uniknya juga yang dianggap musuh itu orang yang seiman. Baca juga ini Arab itu Bukan Islam dan Islam Bukan Arab.
Dalam artikel Standar Kebenaran Menurut Agama Tapi Kok Jadi Ga Karuan ini merupakan curhatan yang sangat dalam, karena penulis sangat perlu bimbingan mental dan spritual yang dalam, dan kajian yang positif, bukan hasutan, bukan informasi untuk membenci golongan, kelompok, bukan mencari kesenangan setelah benci itu disalurkan kemudian mengatakan kemenangan. Bukan peperangan, Logika saya hanya berfikir sederhana yakni ingin damai dan hidup berdampingan menuju kekuatan dan Ridlo Tuhan. dan yang terakhir adalah Agama itu benar yang salah adalah manusianya dan saya tidak suka dengan manusia yang mengaku benar dan menyalah yang lain yang menurutnya tidak benar, dan saya berfikir merekalah orang yang mengaku benar serta mengatas namakan agama. baca juga ini Hakikat Cinta dan Benci karena Allah.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung di blog Rojay Creative.. Silahkan Tinggalkan Komentar..