Kemunduran Dan Kelemahan Kaum Muslimin, Sebab Dan Solusinya
PENGANTAR
Alloh Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:
[ وما ظلمناهم ولكن كانوا أنفسهم يظلمون ] النحل: 118
“ Dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” (QS: An-Nahl: 118)
[ إن الله لا يظلم الناس شيئا ولكن الناس أنفسهم يظلمون ] يونس: 44
“ Sesungguhnya Alloh tidak berbuat dzolim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dzolim kepada diri mereka sendiri”(QS: Yunus:44)
Segala Puji hanya milik Alloh, kita memuji-Nya, meminta pertolongan dan mohon ampunan kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Alloh dari kejelekan-kejelekan jiwa kita, dan keburukan-keburukan amalan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tidak ada yang mampu menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Dan aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Alloh dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya. “ Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepada Alloh dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan Islam” (QS. Ali Imron:102)
“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Alloh menciptakan istrinya; dan dari keduanya Alloh memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu dengan yang lain, dan (peliharalah ) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An-Nisa: 1). Selanjutnya....
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS: Al-Ahzab: 70-71)
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitab Alloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shollallohu alaihi was sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap kesesatan (tempatnya) di neraka. Kemudian selanjutnya.....
Apa Penyebab Kemunduran dan Kelemahanan Kaum Muslimin?
Suatu hal yang sudah diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, demikian juga oleh sebagian besar non-muslim, bahwa umat dan daulah Islam terdahulu adalah bangsa yang paling kuat dan mulia di belahan dunia, sekalipun mereka adalah penduduk minoritas di atas muka bumi ini. Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun dalam waktu yang panjang, tanpa ada seorangpun yang menentang tentang hal ini. Adapun sekarang! Telah berubah menjadi negara-negara Islam yang kecil, lemah, buminya di serang, sebagian besar dirampas di bawah penjajahan pemikiran dan kekuatan pasukan, menjadi ekor bagi bangsa di luar Islam.
Apa yang Telah Terjadi? Mengapa Bisa Demikian? Padahal Dahulu Kekuatan Ada Pada Mereka?
Pertanyaan ini selalu berputar-putar dalam benak kaum muslimin. Dan setiap kelompok atau golongan mencoba untuk menjawab pertanyaan ini dengan caranya masing-masing, mencarikan jalan keluar untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin seperti dahulu. Akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak memahami faktor utama penyebab kelemahan, keterbelakangan, serta takluknya kaum muslimin di hadapan negara-negara kafir. Mereka pun merancang program untuk memecahkan masalah ini kemudian berjalan di atasnya, dengan dugaan kejayaan kemuliaan dan kekuasaan kaum muslimin di abad-abad pertama akan terwujud dengan langkah yang mereka tetapkan. Akan tetapi hal yang sebenarnya, mereka telah salah jalan, walaupun sebagian besar dari mereka melakukannya dengan ikhlas untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin dalam mengembalikan kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin seperti dahulu.
Sebagian dari mereka menyangka bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah solusi pemecahannya (kata ilmu yang kita pakai di sini bermakna ilmu-ilmu dunia, karena ungkapan inilah yang dominan dan sering dipakai pada jaman sekarang, padahal yang sebenarnya istilah ilmu secara umum dimaksudkan untuk ilmu-ilmu syar’i, akan tetapi laa haula wa laa quwwata illa billaah dan hanya kepada Alloh kita meminta pertolongan). Untuk menuju hal itu maka kaum muslimin harus mengumpulkan peralatan-peralatan canggih dan modern, pemuda-pemuda Islam harus meraih ijasah setinggi-tingginya. Maka setelah semua hal itu tercapai, kita akan menang dan orang-orang kafir-pun akan tunduk dan kita akan kembali seperti sedia kala. Sampai-sampai salah seorang doktor muslim menulis di salah satu surat kabar yang peduli dengan urusan-urusan Islam dan kaum muslimin, dengan perkataannya:
“ Sesungguhnya negara-negara yang akan jaya dan mulia adalah negara dengan teknologi yang maju.....” (Majalah: Jazirotul Muslimun, edisi 265, 5-8 Sya’an 1410, Artikel dengan judul: Perubahan-perubahan pada dunia sembilan puluhan”
Dia lupa akan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
[ ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ] المنافقون: 8
Artinya:
“ Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Alloh, bagi Rosul-Nya dan bagi orang-orang mukmin”(QS: Al-Munafiqun: 8)
Sekarang Anda akan bertanya kepada saya: Jika bukan hal ini yang menyebabkan kelemahan dan kemunduran kaum muslimin, lalu apa?
Saya katakan ( hanya kepada Alloh saya meminta pertolongan). Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
[ فإن تنازعتم في شيئ فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر...] النساء: 59
Artinya:
“ Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Quran) dan Rosul (As-Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian ...” (QS, An-Nisaa: 59)
Dan inilah yang kita inginkan dan kita tuju, yaitu menjelaskan sebab-sebab kelemahan dan kekalahan kaum muslimin insyaa Alloh, berdalil dengan Al-Quran dan sunnah Rosul-Nya Shollallohu alaihi was sallam. ( Sebagian orang menggunakan ungkapan “ kelemahan Islam” atau yang serupa, ini adalah penggunaan yang salah. Islam adalah agama Alloh yang tegak, tidak lemah dan tidak kalah. Akan tetapi kelemahan itu terjadi pada kaum muslimin atau orang yang mengaku dirinya muslim).
Kekuatan Pasukan dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan , 2 Hal yang Berbeda
Kita harus membedakan antara kekuatan pasukan di satu sisi, dengan kemenangan pasukan di sisi lain. Demikian juga harus dibedakan antara kemajuan ilmu pengetahuan di satu sisi dan kemajuan teknologi di sisi lain. Sekalipun sebagian besar negara-negara yang mempunyai ilmu pengetahuan dan teknolog maju biasanya memiliki pasukan yang kuat, akan tetapi hal ini tidak berarti kekuatan pasukan itu disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara pasti.
Umat Islam generasi-generasi awal ketika melakukan pembukaan dan mengalahkan sekuat-kuatnya kekuatan militer di dunia pada waktu itu (Romawi dan Persia), tidaklah disebut bangsa yang maju ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan secara teknologi dan militer mereka terbelakang dibandingkan dengan negara-negara yang dikalahkannya, yang dihancurkan singgasananya dan pada akhirnya ditaklukan. Adapun umat Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan seperti yang kita baca dan kita dengar dalam sejarah justru dimulai setelah pembukaan-pembukaan ini (terutama sejak jatuhnya negara Romawi dan Persia). Kadang-kadang negara-negara yang terdepan dalam bidang ilmu pengetahuan secara bersamaan mempunyai pasukan yang kuat, akan tetapi ini bukan berarti bahwa sebab kekuatan itu adalah kemajuan ilmu pengetahuan. Contoh-contoh dalam sejarah tentang hal ini sangat banyak, diantaranya seperti yang telah kita sebutkan di depan.
Contoh lain lagi adalah ketika bangsa Tataar (Mongolia) menyerang kaum muslimin di akhir masa pemerintahan daulah Abbasiyah. Mereka mengalahkan kaum muslimin, menyerbu sebagian besar wilayah daulah Abbasiyah. Ketika itu bangsa Mongol unggul padahal ilmu pengetahuan yang mereka miliki masih terbelakang dibandingkan dengan daulah Abbasiyah, yang ketika itu menjadi negara terdepan dan mencapai puncak kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Sampai-sampai kota Bagdad dan perpustakaan-perpustakaannya menjadi pusat ilmu pengetahuan (baik ilmu dunia maupun syari’ah) di muka bumi pada waktu itu. Banyak pelajar-pelajar dari seluruh penjuru dunia menimba ilmu di sini. Akan tetapi kemajuan ilmu pengetahuan tidak berarti bagi mereka. Dan contoh-contoh seperti ini dalam sejarah banyak sekali.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa, tidak ada keterkaitan yang pasti antara kekuatan pasukan dan kemenangan pasukan dari satu sisi dan kemajuan ilmu pengetahuan atau teknologi dari sisi yang lain, sekalipun biasanya kemajuan ilmu pengetahuan akan membantu suatu negara dalam mempersiapan peralatan tempur yang canggih. Akan tetapi semua peralatan ini bukanlah segalanya, apalagi menjadi hal yang terpenting. Alloh Subhanahu wa Ta’ala befirman:
[ فلم تقتلوهم ولكن الله قتلهم وما رميت ولكن الله رمى... ] الأنفال: 17
Artinya:
“ Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allohlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allohlah yang melempar...”(QS; Al-Anfaal: 17).
Alloh Tabaaroka wa Ta’ala berfirman:
[ وما جعله الله إلا بشرى ولتطمئن به قلوبكم و ما النصر إلا من عند الله عزيز حكيم ] الأنفال: 10
Artinya:
“ Dan Alloh tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu) melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS; Al-Anfaal: 10)
Adapun firman Alloh Ta’ala:
[ وأعدوا لهم ما استطعتم من قوة ومن رباط الخيل ...] الأنفال: 60
Artinya:
“ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang...”(QS; Al-Anfaal: 60)
Dalam ayat di atas Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan agar kita mempersiapkan “kekuatan apa saja” untuk menghadapi mereka dan Dia tidak mengatakan, “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan pasukan atau teknologi yang kamu sanggupi”, akan tetapi Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kata kekuatan bermakna umum (apa saja). Maka jadilah makna ayat di atas menjadi: “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi berupa kekuatan iman, pasukan, teknologi atau kekuatan apa saja”. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga tidak mengatakan, “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan seperti kekuatan mereka atau setengahnya”. Hal ini karena kemenangan itu datangnya dari sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala :
[ وما النصر إلا من عند الله....]
“ Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Alloh...”
Dan jumlah dua kekuatan pasukan yang saling bertempur juga tidak dapat dipastikan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
[ قد كان لكم آية في فئتين التقتا فئة تقاتل قي سبيل الله وأخرى كافرة، يرونهم مثليهم رأى العين والله يؤيد بنصره من يشاء، إن في ذلك لعبرة لأولي الأبصار] آل عمران: 13
Artinya:
“ Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan bertempur di jalan Alloh dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Alloh menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati”. (QS; Ali Imron: 13)
Oleh karena itu menjadi keharusan bagi kita mengetahui dan melaksanakan sebab-sebab yang dapat membantu kita (dengan izin Alloh Subhanahu wa Ta’ala) untuk mewujudkan kemenangan dari sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan inilah yang menjadi pembahasan kita dalam tulisan yang singkat ini, di bawah pancaran Kitab Alloh Subhanahu wa Ta’ala, tuntunan sunnah Nabi-Nya Shollallohu alaihi was sallam dan jalan yang ditempuh oleh sahabat-sahabat beliau yang mulia (semoga Alloh ridho kepada mereka semua) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan sampai hari kiamat. Oleh karena itu Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
[ ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرأ ] النسا: 115
Artinya:
“ Dan barang siapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”.(QS; An-Nisaa: 115)
Apa yang Harus Kita Kerahkan Untuk Mewujudkan Kemenangan dari Sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan Keutamaan-Nya?
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
[ ولينصرن الله من ينصره إن الله لقوي عزيز ] الحج: 40
Artinya:
“ Sesungguhnya Alloh pasti menolong orang yang menolong (agama) –Nya. Sesungguhnya Alloh benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS; Al-Hajj: 40)
Dalam ayat yang lain Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
[ يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم ] محمد: 7
Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS; Muhammad: 7)
Ayat yang mulia di atas menguatkan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan menolong siapa saja yang menolong-Nya. Bagaimana kita menolong Alloh Subhanahu wa Ta’ala? Padahal Dia adalah Maha Perkasa, Maha Kaya yang tidak butuh kepada segala sesuatu, Dzat yang Maha Mulia? Kita lihat apa yang dikatakan oleh syaikh Al-‘alaamah As-Sinqhiithie (semoga Alloh Ridho kepada-Nya) dalam tafsirnya mengenai ayat-ayat di atas dalam kitab Adhwaul Bayaan (Bab: 7 Hal: 422):
“ Alloh Jalla wa ‘Alaa menyebutkan dalam ayat yang mulia ini, bahwa jika kaum mu’minin menolong Rob mereka, maka Rob mereka akan menolongnya dari musuh-musuh mereka, dan meneguhkan langkah-langkah mereka yaitu menjaga mereka untuk tidak melarikan diri dan menjaga dari kekalahan” . dan makna ini telah diterangkan di berbagai ayat, dan dalam ayat yang lain dijelaskan karakteristik orang-orang yang mendapat janji dengan kemenangan ini. Seperti firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
[ الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر ولله عاقبة الأمور...] الحج: 41
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Alloh-lah kembali segala urusan”.(QS; Al-Hajj: 41)
Ayat yang mulia di atas menunjukkan bahwa mereka yang tidak mendirikan sholat, tidak menunaikan zakat, tidak menyuruh kepada yang ma’ruf, dan tidak mencegah dari yang mungkar, mereka bukanlah yang dijanjikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan kemenangan sama sekali. Adapun makna orang-orang mu’min menolong Alloh adalah: mereka menolong agama-Nya, menolong Kitab-Nya, usaha dan jihad mereka semata-mata untuk meninggikan kalimat Alloh, menegakkan hukum-hukum Alloh di atas muka bumi, melaksanakan perintah-perintah-Nya, meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan berhukum dengan yang diturunkan kepada Rosul-Nya Shollallohu alaihi was sallam. Nabi Shollallohu alaihi was sallam telah bersabda:
" إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر، ورضيتم بالزرع ، وتركتم الجهاد، سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم" ( رواه الإمام أحمد وأبو داود وغيرهما وصححه الألباني في السلسلة الصحيحة رقم 11)
Artinya:
“ Jika kalian berdagang dengan sistem riba, kalian ridho dengan peternakan, kalian ridho dengan pertanian dan kalian meninggalkan jihad maka Alloh timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian” ( Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan Abu Daud dan yang lainnya, dishohihkan oleh Al-Albanie dalam Silsilah Hadist Sohih No. 11)
Dan sebab kehinaan yang merupakan lawan dari kemuliaan bukanlah karena terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti yang disangka oleh sebagian besar manusia, akan tetapi sebab kehinaan itu adalah seperti yang telah disebutkan oleh Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam dalam hadist di atas, yaitu jauhnya kaum muslimin dari agamanya. Maka tidak ada jalan bagi kita kaum muslimin untuk mencabut kehinaan ini dari di kita, kecuali kita kembali kepada agama kita seperti yang telah disebutkan oleh hadist di atas: “ Alloh timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian” . Dan kami ingatkan Anda dengan ucapan Imam Malik rohimahulloh: “ Tidak akan baik umat terakhir ini kecuali dengan kebaikan yang ada pada umat pertama” . Dan generasi pertama umat ini tidaklah baik dengan teknologi akan tetapi mereka baik dengan keteguhan mereka dalam memegang agama Islam.
Sebelum terjadi salah paham terhadap apa yang telah kami utarakan di atas, perlu kami jelaskan poin terpenting dalam tulisan ini, yaitu kita tidak mengatakan bahwa terbelakang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi lebih itu lebih baik, dan kita juga tidak mengatakan bahwa kita harus meninggalkan ilmu-ilmu dunia dan tidak mempelajarinya. Akan tetapi yang kita maksud adalah, telah salah orang yang mengatakan sebab kelemahan dan kekalahan kaum muslimin dikarenakan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kita katakan bahwa ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teknologi itu kita perlukan dan kita butuhkan, akan tetapi lemahnya teknologi bukanlah penyebab kekalahan kita. Kebutuhan kita untuk kembali kepada agama Islam lebih besar dari pada kebutuhan kita kepada ilmu-ilmu dunia ini. Karena kembali kepada agama kita merupakan sebab utama yang dapat menghantarkan kita meraih kemenangan bifadlillah insyaa Alloh Ta’ala, seperti yang telah difirmankan oleh Alloh:
[ ...وما النصر إلا من عند الله....] الأنفال: 10
“ ....dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Alloh....” (QS; Al-Anfaal:10)
Jika Demikian, Apa Solusinya ?
Solusi bukan dari saya, akan tetapi dari firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Nabinya Shollallohu alaihi was sallam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
[ يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم] محمد: 7
Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS; Muhammad: 7)
Demikian juga dengan perkataan yang telah kita sebutkan di atas: “Adapun makna orang-orang mu’min menolong Alloh adalah: mereka menolong agama-Nya, menolong Kitab-Nya, usaha dan jihad mereka semata-mata untuk meninggikan kalimat Alloh, menegakkan hukum-hukum Alloh di atas muka bumi, melaksanakan perintah-perintah-Nya, meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan berhukum dengan yang diturunkan kepada Rosul-Nya Shollallohu alaihi was sallam”. Yaitu kita kembali kepada agama Islam yang telah kita kucilkan atau kita yang telah dikucilkan oleh pekerjaan kita dari agama ini. Dan makna ini kita dapati dalam sabda Rosul Shollallohu alaihi was sallam:
[ سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم]
“ Alloh timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian”
Kembali Kepada Islam Adalah Solusinya, akan Tetapi Bagaimana Caranya?
Kembali kepada agama Islam tidak akan bisa dan tidak mungkin terjadi kecuali melalui perkara-perkara berikut ini:
Pertama:
Kita memahami agama Islam dengan pemahaman yang benar sesuai yang dipahami oleh Nabi kita Shollallohu alaihi was sallam, para sahabat Beliau (semoga Alloh ridho kepada mereka semua) dan para pendahulu kita yang sholih.
Adapun orang yang mengaku bahwa dia kembali kepada agama Islam di atas jalan kesesatan seperti Ahmadiyah Al-Qodhianiah, atau Sufiah dan madzhab-madzhab sesat lainnya, sesunguhnya dia belum kembali kepada agama ini, justru ia menuju kesesatan, wa ‘iyadzu billaah. Dan jalan yang benar itu hanya satu, seperti yang disabdakan oleh Nabi Shollallohu alaihi was sallam dalam hadist yang dihasankan oleh Al-Albani (rohimahulloh)dalam Shohih sunan Tirmidzi No. 2129:
[...وإن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة، وتفرق أمتي على ثلاث وسبعين ملة، كلهم في النار إلا ملة واحدة، قيل: من هي يا رسول الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابه]
Artinya:
“ Sesungguhnya bani Israel telah pecah menjadi 72 golongan, dan umatku pecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu. Dikatakan: siapa golongan yang satu itu ya! Rosululloh? Rosul bersabda: “yang aku dan para sahabatku ada di atasnya”
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
[ وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصاكم به لعلكم تتقون] الأنعام: 153
Artinya:
“ dan bahwa ( yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertakwa” (QS; Al-An’aam: 153)
Kita perhatikan di sini Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: [ هذا صراطي]
( ini adalah jalan-Ku), kata sirootii adalah kata tunggal yang berarti “ini adalah jalan yang satu yang lurus”. Berbeda ketika Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang jalan-jalan yang sesat, Alloh Ta’ala menggunakan kata bentuk jamak (plural) [ السبل]
dan ini suatu perkara yang sudah diketahui oleh Ahlussunnah wal Jamaa’ah bahwa jalan Alloh yang lurus dan tegak hanya satu. Adapun jalan-jalan kesesatan jumlahnya sangat banyak. Kita memohon kepada Alloh Al-Qodiir agar diberikan kesehatan dan agar Alloh mematikan kita di atas jalan yang lurus.
Al-Hafidz ibn Katsir rohimahulloh menafsirkan ayat di atas dalam tafsirnya (juz 1/306): “dan firman Alloh Ta’ala: [فاتبعوه ولا تتبعوا السبل] maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Alloh Subhaanahu wa Ta’ala menyatukan jalan-Nya karena kebenaran itu hanya satu, dan membanyakan jalan-jalan karena ia terpecah-pecah dan bergolong-golongan....”
Berkata Ibnu Mas’ud (semoga Alloh ridho kepadanya): “ Rosululloh Shollallohu alaihi wa sallam membuat garis di atas tanah, kemudian bersabda: “Ini adalah jalan Alloh” kemudian Beliau membuat garis-garis di samping kanan dan kirinya, kemudian bersabda: “ ini adalah subul (jalan-jalan) di setiap jalan ada setan yang menyeru kepadanya” kemudian Beliau membaca:
[ وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصاكم به لعلكم تتقون]
“dan bahwa ( yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertakwa” (Hadist Shohih, dishohihkan oleh Al-Albanie dalam tahriij syarh At-Thohawiyah No. 810).
Oleh karena itu sudah menjadi keharusan bagi kita untuk memahami Islam dengan pemahaman yang benar sebagaimana Rosul Shollallohu alaihi was sallam , para sahabat Beliau dan para pendahulu kita yang sholih memahaminya (semoga Alloh ridho kepada mereka semua). Hal ini kita lakukan agar kita dapat mengikuti jalan Alloh yang lurus.
Ke-dua :
Menerapkan Islam ( yang telah dipahami dengan benar) dengan penerapan yang tepat, dan tidak mengingkarinya sedikitpun baik itu perkara yang kecil (menurut anggapan sebagian orang) atau perkara yang besar, hanya karena kita tidak mampu melakukan atau dengan kata yang lebih tepat kita tidak menginginkannya atau berat bagi kita untuk berpegang teguh dengan perkara ini atau itu. Dan kita juga tidak mengatakan ini adalah masalah kulit (seperti diklaim sebagian orang) ( barang siapa yang ingin memperdalam masalah bahwa dalam agama Islam itu tidak ada istilah kulit dan inti , agar membaca buku: Tabsiir Ulil Albaab bi Bid’ati Taqsiimid Diin Ilaa Qosri wa Lubaab, penulis: Muhammad Ahmad Ismaail).
Akan tetapi wajib bagi kita untuk bertakwa kepada Alloh semampu kita. Dan wajib bagi kita untuk memahami, bahwa barang siapa yang tidak menerapkan sebagian perintah-perintah agama, bisa jadi posisi dia adalah orang yang berdosa , maksiat, ataupun fasik. Namun orang yang mengingkari sesuatu perintah dari agama Islam (walaupun yang diingkari itu sunnah) atau mengingkari suatu larangan agama maka dia adalah orang kafir (jika ia telah mengetahui kebenaran yang diingkarinya itu) sampai ia kembali dan bertaubat.
Dan inilah yang banyak menimpa orang-orang ketika kita dapati mereka tidak menerapkan sebagian ajaran Islam atau tidak meninggalkan sebagian larangannya. Setan masuk kepada mereka dan menghiasi mereka, hingga mereka mengatakan: Tidak, ini bukan merupakan kewajiban atau ini bukan larangan. Mereka menentang dan menyangka sudah lepas dari tanggung jawab serta bebas dari siksaan karena keingkarannya. Padahal masalah yang sebenarnya sangat jauh sekali dari yang mereka sangkakan itu. Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam dada mereka.
Menjadi suatu kewajiban bagi seorang muslim mu’min ketika ia mendapati dirinya melakukan keharaman atau meninggalkan suatu kewajiban untuk mohon ampun kepada Alloh dan bertaubat kepada-Nya, memperbanyak do’a dan minta ampun, berdo’a kepada Alloh Ar-Rohman Ar-Rohiim Al-Mannaan agar dijauhkan dari keharaman itu dan memohon untuk menegakkan kewajiban-kewajiban-Nya. Selain itu meminta kepada Alloh agar menutupi kesalahannya dan tidak menampakkannya. Rosul Shollallohu alaihi was sallam telah bersabda:
[ كل أمتي معافى إلا المجاهرون، وإن من المجاهرة أن يعمل الرجل بالليل عملا ثم يصبح وقد ستره الله تعالى فيقول: عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربه، ويصبح يكشف ستر الله عنه] فتح الباري شرح صحيح البخاري 10\486
Artinya:
“ Setiap umatku dimaafkan kecuali orang-orang yang terang-terangan, dan sesungguhnya termasuk terang-terangan adalah, seorang laki-laki yang melakukan perbuatan pada malam hari dan Alloh Ta’ala telah menutupinya. Kemudian dia berkata (pada orang lain) di pagi harinya: Tadi malam aku melakukan demikian-demikian, padahal malam itu Robnya telah menutupinya namun pagi harinya ia menyingkap tabir Alloh dari dirinya (sendiri). Fathul Baari, Penjelasan Shohih Bukhori: 10/486
Ke-Tiga
Kita menyeru dan mengamalkan agama ini dengan sebenar-benarnya, yaitu Islam yang telah kita pahami dan praktikan dengan betul. Dan sebesar-besar bentuk da’wah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan (al-amru bil ma’ruf wa nahyu ‘anil munkar). Rosul Shollallohu alaihi was sallam bersabda:
[ والذي نفسي بيده لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر أو ليوشكن الله أن يبعث عليكم عقابا منه فتدعونه فلا يستجاب لكم] صحيح سنن الترمذي للألباني برقم 1762
Artinya:
“Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, kalian benar-benar memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar atau Alloh benar-benar akan menimpakan kepada kalian siksa kemudian kalian berdoa dan tidak dikabulkan” (Shohih Sunan Tirmidzi menurut Al-Albani No.1762)
Benar! Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengajak manusia dan menyeru mereka kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk, dan kita mulai dari diri kita sendiri, kemudian orang yang terdekat ( hal ini jangan dipahami bahwa seseorang tidak boleh menyeru kepada Alloh kecuali jika dirinya sudah terbebas dari segala perbuatan maksiat terlebih dahulu. Tidak demikian, akan tetapi tetap menyeru sekalipun di bermaksiat kepada Alloh. Bagi setiap muslim agar berjuang sekuat kemampuannya kemudian menyeru orang lain, memulai dari yang terdekat dan selanjutnya…dan Alloh Maha Mengetahui). Dan kita memulai dari rumah kita dengan mencegah dan menghilangkan keburukan yang ada di dalamnya. Menasihati dengan lemah-lembut orang yang berada dalam tanggungan kita terlebih dahulu. Kemudian jika mereka tidak menghiraukan maka bagi kita untuk memaksa mereka, karena Rosul Shollallohu alaihi was sallam telah bersabda:
[إن الله تعالى سائل كل راع عما استرعاه أحفظ ذلك أم ضيع؟ حتى يسأل الرجل عن أهل بيته] صحيح الجامع الصغير: 774
Artinya:
“ Sesungguhnya Alloh bertanya kepada setiap pengembala tentang apa yang digembalakannya apakah ia menjaganya atau menyia-nyiakannya, sampai-sampai seorang laki-laki akan ditanya tentang keluarganya”( Shohoh Jami’us Shoghiir : 774)
Ketahuilah! (semoga Alloh memberi tahu kepadaku juga kepada engkau) bahwa engkau akan diperhitungkan tentang apa-apa yang terjadi di rumahmu, berupa kemungkaran-kemungkaran jika engkau mendiamkannya dan tidak merubahnya. Kemudian setelah itu engkau mengajak dan menasihati kerabat-kerabatmu dimulai dari yang terdekat dan selanjutnya, kemudian tetangga-tetanggamu. Demikianlah dari yang terdekat terlebih dahulu…carilah pahala di sisi Alloh dan bersabar atas penderitaan yang menimpamu. Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
[ أم حبستم أن تدخلوا الجنة ولما يعلم الله الذين جاهدوا منكم و يعلم الصابرين] آل عران : 142
Artinya:
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang bersabar” (QS: Ali Imron: 142)
Inilah jalan yang bisa kita tempuh untuk menghilangkan kekalahan yang menimpa kita dan umat kita, serta membebaskan tanah-tanah kita yang terampas. Karena kitalah yang berhak mendapat kemenangan dari Alloh (dengan keutamaan-Nya dan kemuliaan-Nya) dengan sebab kembalinya kita kepada agama kita dan pertolongan kita kepada Alloh. Dan setelahnya, jika kita mampu untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih dari yang dimiliki Eropa dan Amerika maka tidak ada masalah, bahkan ini merupakan hal yang diharapkan.
Saya berusaha untuk mengatakan di sini, bahwa menjadi suatu keharusan bagi kita agar mengetahui penyakit kita yang sebenarnya agar kita bisa mengobati dengan pengobatan yang sesuai. Adapun negara-negara yang engkau sangka bahwa masalah maupun sebab kelemahannya hingga menjadi ekor bagi negara-negara barat maupun timur adalah karena keterbelakangan teknologi, ia telah menjadi negara yang rakus. Ia membelanjakan uangnya bermilyar-milyar untuk memenuhi ketertinggalan ini. Mengimpor peralatan-peralatan canggih dari barat. Akan tetapi ia lupa dan lalai atau minimal menyepelekan sisi yang penting, yaitu usaha untuk memperbaiki manusia dan mengembalikan mereka kepada agamanya. Ini merupakan kesalahan yang besar. ( Tengoklah sebentar APBN sebagian besar negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim, akan engkau dapati pengembangan bidang-bidang olah raga dan seni lebih besar dan berlipat-lipat dibanding apa yang dibelanjakan untuk pendidikan dan agama Islam, Alloh-lah Maha Penolong dan hanya kepada-Nya kita mengadu) Kebutuhan kita sekarang kepada para penyeru dan ulama lebih besar dari pada kebutuhan kita kepada para Insinyur dan ijasah-ijasah di bidang ilmu pengetahuan dunia.
Hasilnya kita lihat sekarang, sebagian besar negara-negara Islam di dunia mereka mempunyai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peralatan-peralatan canggih yang hampir seimbang dengan negara-negara kafir yang maju. Namun demikian negara yang berpenduduk muslim ini dengan segala bentuk kemajuan, kecanggihan, dosen-dosen perguruan tinggi dan ijasah-ijasah doktor yang mereka miliki, tetap saja mereka menjadi budak barat dan timur baik dalam bidang politik, keyakinan dan kebudayaan. Dan tetap saja bumi kita dirampas, wanita-wanita dan anak-anak kita di Palestina dan Afganistan dan yang lainnya menjadi gelandangan.
Dari sini muncul pertanyaan dalam benak orang-orang yaitu, selama urusan itu berada di tangan Alloh Subhanahu wa Ta'ala, seperti dalam firman-Nya:
[ قل اللهم مالك الملك تؤتي الملك من تشاء وينزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على شيء قدير] آل عمران: 26
Artinya:
“ Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS; Ali Imron: 26)
Selama urusan itu demikian, mengapa Alloh memenangkan negara-negara kafir seperti Amerika dan Rusia juga yang lainnya? Mengapa ditetapkan untuk mereka kemenangan atas musuh-musuhnya, dan diberikan kepada mereka kekuatan militer? Padahal mereka adalah orang kafir yang berlumur dosa-dosa dan kemaksiatan?
Jawaban Terhadap Pertanyaan ini Dari Berbagai Segi
Pertama:
Sesungguhnya hanya milik Alloh-lah kerajaan dan urusan, segala Puji bagi-Nya. Kita adalah hamba-Nya Subhanahu wa Ta'ala, Dia tidak ditanya tentang apa-apa yang diperbuat-Nya. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
[ لا يسأل عما يفعل وهم يسألون] الأنبياء: 23
Artinya:
“ Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai” (QS; Al-Anbiyaa: 23)
Ke-Dua:
Bahwa Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah mengharamkan kedzoliman atas diri-Nya, seperti firman-Nya:
[ إن الله لا يظلم الناس شيئا ولكن الناس أنفسهم يظلمون ] يونس: 44
Artinya:
“ Sesungguhnya Alloh tidak berbuat dzolim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dzolim kepada diri mereka sendiri”(QS: Yunus:44)
Demikian juga seperti yang disebutkan dalam hadist qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rohimahulloh dari Abi Dzar dari Nabi Shollallohu alaihi was sallam yang diriwayatkan dari Alloh Tabaaroka wa Ta’ala bahwa Alloh berfirman:
[ يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا....]
Artinya:
“ Hai hamba-hamba-Ku!, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzoliman atas diri-Ku, dan aku jadikan ia pada kalian sebagai suatu yang dilarang, maka janganlah kalian saling berbuat kedzoliman…”
Maka di balik kekuasaan orang-orang kafir ini pasti ada hikmah-hikmah yang tersembunyi. Dalam waktu tertentu kita akan mengetahui hikmah-hikmah itu dan kadang juga tidak mengetahuinya. Dan kadang-kadang kita mengetahui sebagiannya dan bodoh terhadap sebagian yang lain.
Ketiga:
Kadang-kadang Alloh Subhanahu wa Ta'ala menampakkan kepada kita sebagian hikmah dari kekuasaan orang-orang kafir di dunia untuk masa tertentu, dimana Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman tentang hal ini:
[ لا يغرنك تقلب الذين كفروا في البلاد متاع قليل ثم مأواهم جهنم وبئس المهاد] آل عمران:196- 197
Artinya:
“ Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam: dan jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya” (QS; Ali Imron: 196-197)
Al-Hafidz Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan dalam tafsirnya tentang ayat di atas (“ Berkata Ta’ala : “Janganlah sekali-kali kamu terperdaya” tampak bahwa orang-orang kafir berada dalam kemewahan, kenikmatan dan kegembiraan, ini adalah sebuah istidrooj yang sedikit ( pemberian yang dengannya justru membuat ia makin jauh dalam kesesatan disebabkan karena mereka berpaling dari kebenaran ) Pent, yang pada akhirnya semua itu akan hilang, dan tergadailah mereka dengan amal-amalnya yang buruk, karena apa yang ada pada mereka: “Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam: dan jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”) . Ringkasan tafsir ibn Katsiir, Penulis: Rifaai, Jilid I Hal: 345.
Hal ini persis seperti yang disabdakan oleh Rosul Shollallohu alaihi was sallam dalam sebuah hadist shohih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishohihkan oleh Al-Albanie dalam silsilah as-shohih No. 413. Bersabda Rosul Shollallohu alaihi was sallam : “ Jika engkau melihat Alloh memberikan kepada seorang hamba apa yang dicintainya dari bagian dunia di atas kemaksiatannya, itu adalah sebuah istidrooj, kemudian Beliau membaca:
[ فلما نسوا ما ذكروا به فتحنا عليهم أبواب كل شيئ ، حتى إذا فرحوا بما أوتوا أخذنا هم بغتة فإذا هم مبلسون] الأنعام: 44
Artinya:
“ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membuka semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (QS; Al-An’am: 43)
Firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang lain:
[ ولا تحسبن الله غافلا عما يعمل الظالمون إنما يؤخرهم ليوم تشخص فيه الأبصار] إبراهيم: 42
Artinya:
“ Dan janganlah sekali-kali kamu ( Muhammad) mengira, bahwa Alloh lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzolim. Sesungguhnya Alloh memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak” (QS; Ibrohim: 42)
Dan diantara sebab-sebab yang menjadikan orang-orang kafir itu kadang-kadang mendapat kedudukan dan kemenangan di dunia untuk waktu tertentu adalah, karena mereka (orang-orang kafir) diberikan kebaikan-kebaikan yang mereka gunakan di dunia sampai ketika mereka datang pada hari perhitungan, maka tidak ada kebaikan buat mereka sama sekali. Dalilnya adalah firman Alloh Ta’ala:
[ و يوم يعرض الذين كفروا على النار أذهبتم طيباتكم في حياتكم الدنيا واستمتعتم بها فاليوم تجزون عذاب الهون بما كنتم تستكبرون في الأرض بغير الحق وبما كنتم تفسقون] الأحقاف: 20
Artinya:
“ Dan ( ingatlah ) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka ( kepada mereka dikatakan): “ Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka hari ini kamu dibalasi dengan siksa yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik” (QS; Al-Ahqoof: 20)
Demikian pula sabda Nabi Shollallohu alaihi was sallam yang senada dengan ayat di atas: “ Sesungguhnya Alloh tidak berbuat dzolim kepada kebaikan seorang mu’min, Dia memberikannya di dunia dan memberikan pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir Alloh memberikan kepadanya kebaikan di dunia yang dia pergunakan di dunia sampai ketika dibuka hari kiamat tidak ada pahala dari kebaikannya” (HR. Muslim, Syarh muslim lin-Nawawii 7/155)
Dan diantara hikmah dibuatnya orang-orang kafir berkuasa kadang-kadang adalah, sebagai cobaan bagi orang mu’min dan sebagai penghapus dosa mereka. Nabi Shollallohu alaihi was sallam bersabda: “ Senantiasa cobaan menimpa laki-laki dan perempuan mu’min baik dalam dirinya, anaknya dan hartanya, sampai mereka berjumpa dengan Alloh tanpa ada kesalahan pada mereka” (shohihul jamii’us shoghiir 5815)
Hal ini tidak berarti bahwa orang-orang kafir tidak mendapat siksa di dunia dan tidak diuji. Alloh Subhanahu wa Ta'ala banyak menimpakan siksa kepada umat-umat kafir dan mengirim kepada mereka berbagai macam siksaan karena kedzoliman atau kefasikan mereka yang melampaui batas, setelah hal itu semua di tahan sebentar. Demikian juga Alloh Subhanahu wa Ta'ala banyak memberikan siksa kepada individu-individu orang kafir di dunia. Akan tetapi apa yang kami sebutkan tentang kadang-kadang siksaan kepada orang kafir itu ditahan, sesungguhnya itu merupakan ketentuan Alloh Tabaaroka wa Ta’ala untuk suatu hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya, [ وهو خير الحاكمين] الأعراف:87 “ Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya” (QS; Al-‘Aroof: 87). Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam ayat yang lain:
[ وما أصاب من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير] الشورى: 30
Artinya:
“ Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS; As-Syuuroo: 30)
Sebagian Ayat-Ayat Al-Quran yang Menguatkan Masalah Ini
[ قل متاع الدنيا قليل والآخرة خير لمن اتقى ولا تظلمون فتيلا ] النساء: 77
Artinya:
“ Katakanlah: kesenangan di dunia itu hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun” (QS; An-Nisaa: 77)
[ وما الحياة الدنيا إلا لعب ولهو وللدار الآخرة خير للذين يتقون أفلا تعقلون ] الأنعام : 32
Artinya:
“ Dan tiadalah kehidupan dunia itu, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kamu memahami?(QS; Al-An’am: 32)
[ من كان يريد الحياة الدنيا وزينتها نوف إليهم أعمالهم فيها وهم فيها لا يبخسون، أولئك الذين ليس لهم في الآخرة إلا النار وحبط ما صنعوا فيها وباطل ما كانوا يعملون ] هود: 15-16
Artinya:
“ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperolah di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan” (QS; Huud: 15-16)
[ أفمن وعدناه وعدا حسنا فهو لاقية كمن متعناه متاع الحياة الدنيا ثم هو يوم القيامة من المحضرين] القصص: 61
Artinya:
“ Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi, kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)? (QS; Al-Qoshosh: 61)
[ إن الذين تولوا منكم يوم التقى الجمعان إنما استزلهم الشيطان ببعض ما كسبوا ولقد عفا الله عنهم، إن الله غفور حليم] آل عمران: 155
Artinya:
“ Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Alloh telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun” (QS; Ali Imron: 155)
[ من كان يريد العاجلة عجلنا له فيها ما نشاء لمن نريد ثم جعلنا له جهنم يصلاها مذموما مدحورا. ومن أراد الآخرة وسعى لها سعيها وهو مؤمن فأولئك كان سعيهم مشكورا. كلا نمد هؤلاء وهؤلاء من عطاء ربك وما كان عطاء ربك محظورا] الإسراء: 18-20
Artinya:
“ Barang siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (dunia) maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi” (QS; Al-Isroo’: 18-20)
Dan satu hal yang sangat disayangkan, kita dapati kebanyakan manusia yang mereka itu menghabiskan sebagian besar kehidupannya dalam kobaran kekalahan, mereka membuka matanya lebar-lebar untuk dunia. Padahal orang-orang barat dan timur sangat bernafsu untuk menguasai kita, seperti sabda Rosul Shollallohu alaihi was sallam :
[ يوشك أن تداعى عليكم الأمم من كل أفق، كما تداعى الأكلة إلى قصعتها، قيل يا رسول الله فمن قلة يوئذ؟ قال: لا، ولكنكم غثاء كغثاء السيل، يجعل الوهن في قلوبكم، وينزع الرعب من قلوب عدوكم، لحبكم الدنيا وكراهيتكم الموت] رواه أحمد وأبو داود، صحيح الجامع 8183
Artinya:
“ Hampir saja umat-umat lain saling mengerumuni kalian dari segala penjuru, seperti berkerumunnya orang-orang di hidangannya”, dikatakan: Ya Rosululloh! Apa karena jumlah kita sedikit pada waktu itu? Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam bersabda: “ Tidak! Akan tetapi kalian itu buih seperti buih banjir, Alloh masukkan dalam hati-hati kalian Al-wahn, dan mencabut dari hati-hati musuh kalian rasa takut, (disebabkan) karena kecintan kalian terhadap dunia dan kebencian kalian terhadap kematian” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Shohihul Jaami’: 8183)
Saya katakan, satu hal yang sangat disayangkan kita dapati mereka hidup dengan pemikiran-pemikiran yang pesimis, kosong dari harapan untuk meraih kemenangan. Hal ini karena mereka berkhayal bahwa kemenangan itu hanya dapat diraih dengan kekuatan materi saja. Mereka tidak mengetahui bahwa kemenangan itu datang dari sisi Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Ini adalah salah satu bentuk kebodohan umat Islam terhadap agamanya sendiri dan sejarah umat terhadulu. Dan hasilnya adalah kenyataan hidup yang kita alami sekarang ini.
Kepada mereka saya katakan, kemenangan itu datang dari sisi Alloh Subhanahu wa Ta'ala, maka berbuatlah dengan amalan yang diridhoi oleh-Nya dengan kembali kepada agama kalian seperti yang telah jelaskan di depan. Dan contoh terbesar dari sebuah kemenangan yang datang dari sisi Alloh Ta’ala adalah apa yang telah dilakukan oleh para mujahidin di Afganistan terhadap tentara Uni Soviet (sekarang Rusia). Mereka (tentara Uni Soviet) keluar /atau lebih tepat mundur dari Afganistan, lari meninggalkan negara yang kecil dan lemah di belakang mereka.
Memang benar mereka dikeluarkan oleh mujahidin-mujahidin yang memiliki persenjataan ringan lagi kuno dibandingkan dengan persenjataan modern yang dibawa oleh ratusan ribu tentara Uni Soviet, berupa pesawat tempur, tank-tank maupun roket-roketnya. Mereka telah keluar, karena yang mengeluarkan mereka adalah mujahidin-mujahidin di jalan Alloh dan juga karena Alloh menginginkan mereka untuk keluar. (Barang siapa yang ingin memperluas masalah jihad di Afganistan silahkan membaca buku “Jihad di Afganistan dan Dalil-dalilnya” dengan penulis Syaikh Muhammad Qutb)
Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengetahui sebab kekalahan yang sebenarnya, kemudian kita menjauhinya. Dan demikian pula sebaliknya, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengetahui sebab-sebab yang membawa kemenangan, yang kemudian kita tempuh hal itu sebagai ganti dari hilangnya waktu-waktu yang kita buang untuk hal-hal yang tidak membawa kemajuan.
Inilah yang ingin aku jelaskan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin sekalian, sebagai bentuk dari kewajiban memberi nasihat seperti sabda Nabi Shollallohu alaihi was sallam :
[ الدين النصيحة –قالها ثلاثا- قلنا: لمن؟ قال: لله، ولكتابه ولرسوله، ولأئمة المسلمين وعامتهم]
Artinya:
“ Agama ini adalah nasihat (Beliau mengatakan hal itu tiga kali), kami berkata: untuk siapa? Beliau bersabda: “ untuk Alloh, untuk Rosul-Nya, untuk imam-imam kaum muslimin dan rakyatnya”
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
[ فستذكرون ما أقول لكم وأفوض أمري إلي الله، إن الله بصير بالعباد] ِالمؤمن: 44
Artinya:
“ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS. Al-Mu’min: 44)
Ketahuilah Apakah Telah Aku Sampaikan?….Ya Alloh, Saksikanlah!
Di Akhir pembahasan ini saya mengajak kepada seluruh saudaraku kaum muslimin di manapun mereka berada, agar bertakwa kepada Alloh Tabaaroka wa Ta’ala, agar kembali kepada agama Islam, serta memperbaiki keadaan masing-masing. Memohon ampun kepada Alloh dan kembali kepada-Nya. (Orang yang bertaubat seperti orang yang tidak berdosa). Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
[ فقلت استغفروا ربكم إنه كان غفارا يرسل السماء عليكم مدرارا، ويمددكم بأموال وبنين، ويجعل لكم جنات ويجعل لكم أنهارا] نوح: 10-12
Artinya:
“ Maka aku katakan kepada mereka: mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”(QS. Nuuh: 10-12)
Dan agar mereka mengetahui bahwa dunia ini akan punah, dan ingatlah firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala:
[ ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب ] الطلاق:2-3
Artinya:
“ Barang siapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At-Tholaq: 2-3)
Demikian juga sabda Nabi Shollallohu alaihi was sallam:
[نضر الله امرء سمع منا حديثا فبلغه غيره، فرب حامل فقه إلى من هو أفقه منه، ورب حامل فقه ليس بفقيه، ثلاث لا يغل عليهن قلب مسلم: إخلاص العمل لله، ومناصحة ولاة الأمر، ولزوم الجماعة، فإن دعوتهم تحيط من ورائهم. ومن كانت الدنيا نيته فرق الله عليه أمره، وجعل فقره بين عينيه، ولم يأته من الدنيا إلا ما كتب له، ومن كانت الأخرة نيته جمع الله أمره، وجعل غناه في قلبه، وآتته الدنيا وهي راغمة] رواه ابن حبان في صحيحه، وصححه الألباني في صحيح الترغيب والرهيب برقم 83
Artinya:
“ Semoga Alloh mencerahkan orang yang mendengar hadist dari kami kemudian menyampaikannya kepada yang lainnya, banyak orang berilmu membawa ilmunya kepada orang yang lebih mengetahui darinya, dan betapa banyak orang yang membawa ilmu dia itu bukan orang yang mendalam ilmunya, Tigal hal yang hati muslim tidak dapat dirampas darinya: ikhlas beramal karena Alloh, menasihati waliul amri (pemegang pemerintahan) dan menetapi jama’ah sesungguhnya doa mereka melingkupi orang dibelakangnya. Barang siapa yang niatnya karena dunia, Alloh cerai-beraikan urusannya, dan menjadikan kemiskinannya dihadapannya, dan dunia tidak datang kecuali apa yang telah ditulis untuknya. Dan barang siapa yang niatnya adalah akhirat, Alloh kumpulkan urusannya, dan dijadikan kekayaannya dalam hatinya, dan dunia datang kepadanya namun dia melawannya” .(HR. Ibnu Hibban dalam shohihnya, dishohihkan oleh Al-Albanie dalam shohih targhiib wa tarhiib No. 84)
Jika saya benar, maka kebenaran ini semata-mata datang dari Alloh melalui keutamaan-Nya, dan seandainya saya salah, maka kesalahan ini datang dari diri saya sendiri dan dari setan.
Maha Suci Engkau ya Alloh aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak (untuk disembah) kecuali Engkau, Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu. Dan kesejahteraan semoga Alloh Ta’ala limpahkan kepada hamba dan Rosul-Nya Muhammad Shollallohu alaihi was sallam , kepada keluarga, para sahabatnya (semoga Alloh ridho kepada mereka semua)dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan sampai hari kiamat. Dan akhir dari do’a kita, segala Puji hanya milik Alloh Tuhan semesta Alam.
Diterjemahkan dari buku: “ Maa hua sababu taholufil muslimiin wa dho’fihim?”. oleh Joko Pamungkas.
Tanpa Penulis dan Penerbit, dengan izin terbit dari Kementrian Penerangan Dammaam No. 454 tanggal 9/2/1411 Cetakan Pertama tahun 1411 H,