KALI BONDET : Dahulu dan Sekarang
Oleh : Sofwan Hadi
Masyarakat Cirebon mungkin familier mendengar daerah kali bondet, suatu wilayah pesisir Cirebon yang merupakan sentra penangkapan ikan laut. Kali bondet merupakan bagian penting dari sejarah Cirebon, kali bondet termasuk pada wilayah kerajaan Singhapura. Singhapura merupakan wilayah terdepan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Cirebon pada masa Hindu. Sesuai dengan nama kerajaannya singha berarti depan, sedangkan pura berarti kerajaan. Singhapura adalah kerajaan yang berada di depan atau terletak di bibir pantai utara laut Cirebon. Singhapura berperan sebagai pintu gerbang keluar masuknya komoditi perdagangan laut dari luar negeri ke seluruh wilayah Cirebon hingga ke daerah pedalaman. Kerajaan Singhapura memiliki pusat pemerintahan di Mertasingha.
Photo Dokumentsi Bondet Zaman Dahulu
Disebutkan dalam manuskrip kuno Cirebon, Cirebon memiliki tiga pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Muara Jati, Pelabuhan Caruban dan Pelabuhan Japura. Pelabuhan Muara Jati terletak diantara wilayah Kanal Condong dan Bengawan Ciliru (kali Bondet). Ketika itu kali Bondet dijadikan prasarana lalu lintas untuk perahu dan tempat yang cukup besar. Hal tersebut disaksikan oleh Tome Pires pada Tahun 1513 M. dalam catatan perjalanannya. Pires antara lain menyebutkan bahwa Cirebon adalah kota pelabuhan yang baik dan ramai dikunjungi oleh kegiatan perdagangan.
Situs-situs yang membuktikan adanya aktivitas Pelabuhan Cirebon juga banyak yang masih bisa kita saksikan sampai saat ini. Di tepi Kanal Condong ada sebuah kuburan Nyai Rinjing dan Ki Gedhe Alap-alap. Menurut penuturan penduduk setempat Nyai Rinjing adalah seorang wanita yang bertugas mengatur kemasan barang yang keluar dan masuk ke Pesambangan. Sedangkan Ki Gedhe Alap-alap adalah orang yang bertugas mengatur bongkar muat barang di wilayah Pelabuhan Cirebon.
Puncak dari keramaian Pelabuhan Muara Jati yang dicatat dalam tulisan Pangeran Wangsakerta dan Pangeran Arya Carbon adalah ketika mendapat kunjungan muhibbah armada Cina yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Selama tujuh hari tujuh malam rombongan armada Cina itu berlabuh di Pesambangan Jati. Selama berada di wilayah Amparan Jati armada Cina itu membangun ‚Prasadha Tunggang Pawaka‛ (mercu suar). Setelah mercusuar itu selesai Ki Jumajan Jati membayar dengan hasil komoditi dari pasar Pesambangan Jati, yaitu dengan garam, terasi, beras tumbuk, Rempah-rempah dan kayu jati. Dengan tersedianya mercusuar di pelabuhan Muara Jati semakin mempermudah hubungan kerajaan Singhapura dengan kerajaan-kerajaan mancanegara. Setelah Ki Jumajan Jati mangkat kemudian pelabuhan tersebut diwariskan kepada cucunya, Pangeran Cakrabuana.
Kejayaan kali Bondet dengan Muara Jatinya dahulu sangat berbeda dengan kondisi kali Bondet sekarang,…. (Kang tinggal dilanjutkan sampai pada kritikan ke pemerintah daerah untuk mengembalikan kejayaan bondet dengan memasukan bondet dalam program pembangunan ), Bacajuga Artikel lainnya di blog ini, Kondisi Situasi Kecamatan Kapetakan - Mengharukan..., Jalan Pantura Cirebon Utara Sepi - pemerintah salah, Cirebon dan Lokalisasi PSK
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung di blog Rojay Creative.. Silahkan Tinggalkan Komentar..