Diperkirakan agama Islam datang ke Philipine pada abad ke-6 M dan ke-7 M. Hal itu dapat dibuktikan berdasarkan makam yang ditemukan di beberapa tempat di Philipina yang bertuliskan huruf Arab. Para da'i yang datangwilayah tersebut barasal dari Hadramaut melalui jalur Hindia dan Samudra Hindia. Mereka sangat berperan penting dalam proses penyebaran Islam di daerah Philipina.
Salah seorang muballigh yang pertama kali daiang ke Pulau Mindanau pada tahun 1475 M, adalah bungsu dari keturunan Syarif yang berasal dari Mekkah. Sedangkan pada wilayah lain, yaitu Pulau Suku, agama Islam disebarkan oleh Sayyid yang berasal dari Jeddah, yakni Sayyid Abdul Aziz. Ia yang mengislamkan raja Malaka pertama, Parame-suara atau Permaisura. Kemudiian muballigh lain yang menyusul kedatangan pada dai sebelumnya yaitu Sayyid Abu Bakar. Ia juga menyebarkan agama Islam di Pulau Sulu. Demi kelangsungan perjuangan umat Islam dalam menyebarkan ajaran agama ini, Sayyid Abu Bakar mendirikan sebuah kerajaan Islam dibawah pimpinan Muhammad Kebungsuan. Ia sebagai sultan Mindanau pertama, namun belum lama berdiri, datanglah bangsa Portugis tahun1543 M yang menyebarkan ajaran Kristen. Kedatangan Portugis
dibawah pimpinan Villa Jobos, mendapat perlawan dari Putra Muhammad Kebungsuan, yang bernama Syarif Makaalang.
Kedatangan bangsa
Portugis ini diikuti pula oleh bangsa Eropa lainnya, yaitu
bangsa Spanyol dibawah pimpinan Legazpi. Tujuan kedua
bangsa ini sama, yaitu ingin menyebarkan
agama Kristen, menguasai
sektor perekonomian, dan mencari
kejayaan, atau sering
pula disebut dengan istilah G 3, yaitu
Gold, Glory, dan Gospel.
Kedatangan bangsa
Spanyol juga mendapat tantangan dan
perlawanan keras dari
rakyat Philipina, terutama dari umat
Islam yang telah
memiliki kekuatan besar dengan berdirinya
kesultanan. Buayan,
Sulu, dan Manguindanau. Bangsa Spanyol
menyebut umat Islam
dengan istilah yang memojokkan, yaitu
bangsa Moro. Julukan itu
melekat sampai sekarang.
Kedatangan bangsa
Amerika yang menciptakan situasi politik di Philipina menyebabkan terjadinya konflik berkepanjangan antara penduduk muslim yang kebanyakan berdiam di
wilayah selatan dengan
penduduk non muslim yang menduduki
wilayah bagian utara.
Konflik itu baru berakhir setelah penandatanganan perdamaian
antara ketua MNLF (Moro National
Liberty Fron, Fron Pembebasan Nasional Moro), Nur Misuari
dengan Presiden Videl V
Ramos di Jakarta tanggal 2 September I996. Perdamaian
itu berhasil berkat kerja keras dan
keinginan semua pihak
untuk meninggalkan perseteruan, dalam
hal ini OKI (Organisasi
Konferensi Islam) yang diwakili oleh
Sekjen OKI, Muhammad
Muhsin, dan fasilisator Indonesia,
Wirjono Sastrohandojo,
di samping MNLF dan pemerintah
Philipina. Dengan
perdamaian ini, diharapkan umat Islam Philipina dapat membangun
negerinya bersama-sama masyarakat
non muslim, guna
mencapai kesejahteraan mereka.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung di blog Rojay Creative.. Silahkan Tinggalkan Komentar..